Memaknai Pendidikan
Selasa, 18 September 2012
0
komentar
Memaknai Pendidikan
Oleh : Akhmad Fakharuddin
Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir
bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam
hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk
beribadah.
Manusia
sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan
suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain
dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola
pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan
undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Menurut
William F (tanpa tahun) Pendidikan harus dilihat di dalam cakupan pengertian
yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga
terbebas dari nilai-nilai dan Ideologi.
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Dari
pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki
makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar
dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses
pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan
sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem
pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus
menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap
dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu
proses pendidikan.
Selanjutnya
diuraikan bahwa dalam upaya membina tadi digunakan asas/pendekatan
manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak didik serta
utuh dan bulat (aspek fisik–non fisik : emosi–intelektual ; kognitif–afektif
psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan dimana anak
didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan
kelebihan – kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang – hangat –
kekeluargaan – terbuka – objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana
kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.
Melalui
penerapan pendekatan humanistik maka pendidikan ini benar-benar akan merupakan
upaya bantuan bagi anak untuk menggali dan mengembangkan potensi diri serta
dunia kehidupan dari segala liku dan seginya.
Menurut Ki
Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :
- Asas kemerdekaan; Memberikan
kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa,
terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam,
baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.
- Asas kodrat Alam; Pada dasarnya
manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak
dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan,
dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
- Asas kebudayaan; Berakar dari
kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai
dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap
menjadi acauan utama (jati diri).
- Asas kebangsaan; Membina
kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa,
dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa
lain.
- Asas kemanusiaan; Mendidik anak
menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk
Tuhan.
Menurut
Tilaar (2000 : 16) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan.
Pertama, pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka. Dengan
membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan
yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan.
Oleh sebab itu, rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya
membedakan antara pendidikan formal dan non formal perlu disempurnakan lagi
dengan menempatkan pendidikan informal yang justru akan semakin memegang
peranan penting didalam pembentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan global
yang terbuka. Kedua, pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi
akademik peserta didik. Pengembangan seluruh spektrum intelegensi manusia baik
jasmaniah maupun rohaniyahnya perlu diberikan kesempatan didalam program
kurikulum yang luas dan fleksibel, baik didalam pendidikan formal, non formal
dan informal. Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar
tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat
tujuan penciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindhunata (2000 : 14) bahwa
tujuan pendidikan bukan hanya manusia yang terpelajar tetapi manusia yang
berbudaya (educated and Civized human being).
Dengan
demikian proses pendidikan dapat kita rumuskan sebagai proses hominisasi dan
humanisasi yang berakar pada nilai-nilai moral dan agama, yang berlangsung baik
di dalam lingkungan hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, kini dan
masa depan.
Untuk
membentuk masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani yang diridhoi Allah
swt. tentunya memerlukan paradigma baru. Paradigma lama tidak memadai lagi
bahkan mungkin sudah tidak layak lagi digunakan. Suatu masyarakat yang religius
dan demokratis tentunya memerlukan berbagai praksis pendidikan yang dapat
menumbuhkan individu dan masyarakat yang religius dan demokratis pula. Masyarakat
yang tertutup, yang sentralistik, yang mematikan inisiatif berfikir manusia dan
jauh dari nilai-nilai moral dan agama Islam bukanlah merupakan pendidikan yang
kita inginkan. Pada dasarnya paradigma pendidikan nasional yang baru harus
dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global
dengan tetap memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan Syariatnya.
Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya suatu bangsa Indonesia
yang bersatu, demokratis dan religius yang sesuai dengan kehendaknya sebagai
wujud nyata fungsi kekhalifahan manusia dimuka bumi.
Oleh sebab
itu, penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik dan sekurelistik baik didalam
manajemen maupun didalam penyusunan kurikulum yang kering dari nilai-nilai moral
dan agama harus diubah dan disesuaikan kepada tuntutan pendidikan yang
demokratis dan religius. Demikian pula di dalam menghadapi kehidupan global
yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah mampu
mengembangkan kemampuan untuk berkompetensi didalam kerja sama, mengembangkan
sikap inovatif dan ingin selalu meningkatkan kualitas. Demikian pula paradigma
pendidikan baru bukanlah mematikan kebhinekaan malahan mengembangkan
kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu
di atas kekayaan kebhinekaan mayarakat dan bangsa Indonesia.
Berdasarkan
undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
ada tiga ciri pokok belajar yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman.disamping itu ada beberapa prinsip yg merupakan ketentuan yg harus dijadikan pegangan didalam pelaksanaan kegiatan belajar, yaitu; motivasiperhatian, aktivitas, balikan, dan perbedaan individual.
ada tiga ciri pokok belajar yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman.disamping itu ada beberapa prinsip yg merupakan ketentuan yg harus dijadikan pegangan didalam pelaksanaan kegiatan belajar, yaitu; motivasiperhatian, aktivitas, balikan, dan perbedaan individual.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Memaknai Pendidikan
Ditulis oleh Radja Paguntaka
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://radjapaguntaka.blogspot.com/2012/09/memaknai-pendidikan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Radja Paguntaka
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar