Kreativitas Anak Dalam Lingkup Keluarga
Selasa, 18 Desember 2012
0
komentar
Setiap
orang tua tentu ingin buah hatinya tumbuh menjadi sosok yang sehat, cerdas, dan
kreatif, tak terkecuali Anda. Namun, mengembangkan kreativitas anak ternyata
bukan hal mudah untuk dilakukan. Diperlukan pengertian dan keterlibatan
langsung Anda dalam prosesnya. Para ahli
menyimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat 3 ciri dominan yang dimiliki oleh
anak kreatif: Spontan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan tertarik pada
hal-hal baru. Setiap anak memiliki kemampuan dasar kreativitas tersebut sejak
dini, hanya saja perkembangannya tidak sama pada masing-masing anak.
Perkembangan kreativitas anak ini tergantung pada berbagai hal, seperti gizi,
kesehatan, pola pengasuhan, dan pengaruh lingkungan. Sebagai
orang tua, Anda tentu memahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain dan
bersuka cita, dimana mereka belum memikirkan tanggung jawab seperti orang
dewasa. Bermain akan mempermudah anak memupuk unsur-unsur kreativitas, seperti
rasa ingin tahu, daya khayal/imajinasi, dan coba-coba. Lewat permainan, tingkat
kreativitas anak akan dipacu melalui daya khayalnya. Ini akan membuatnya mampu
melihat gambaran dan wawasan baru. Anda hendaknya menyadari keunikan setiap
anak sebagai individu sekaligus menerima kelebihan dan kekurangannya. Untuk
mengembangkan kreativitas anak, Anda harus mampu menelusuri bakat dan minatnya,
mendorong, menghargai, dan menanamkan kepercayaan diri sekaligus terlibat dalam
proses kreativitas anak. Menyembunyikan hal-hal baru dari
anak serta berkomunikasi dalam suasana tegang dan tidak menyenangkan, akan
menghambat kreativitas anak. Kecenderungan lebih menghargai hasil daripada
prosesnya dan menilai kreasi anak dengan perspektif Anda juga termasuk hal-hal
yang dapat menghilangkan kreativitas anak Anda. Gangguan terhadap kreativitas
anak ternyata juga bukan melulu kesalahan orang tua. Sistem pendidikan di
sekolah juga ikut berpengaruh. Kebanyakan sekolah menerapkan sistem pendidikan
satu arah yang lebih mengutamakan IQ (kecerdasan intelektual). Dengan sistem
pendidikan seperti ini, tingkat kreativitas dan kecerdasan emosional seringkali
diabaikan.
Kreativitas dan
potensi anak seharusnya berkembang sejak kecil, dan masa usia pra-sekolah
merupakan masa-masa yang paling efektif. Pada usia ini mereka memiliki
kreativitas alami yang seringkali muncul dalam keinginan tahu yang besar,
mereka sering bertanya, senang meniru dan tertarik menjajaki lingkungannya.
Bahkan dalam permainan, anak pra-sekolah sudah dapat mengembangkan imajinasi
dan potensi yang ada dalam dirinya. Pada saat-saat seperti inilah peranan
orang-tua sangat besar dalam menyediakan sarana yang cocok, memberikan waktu
dan perhatian yang besar bagi anak. Ahli pendidikan Beck (1997) mengatakan,
“Studies of the backgrounds of talented children and highly accomplished adults
often reveal homes rich in reading materials and other stimulating activities
and parents who emphasizes intellectual curiosity and are highly accepting
their youngster's individual characteristics”. Penelitian
yang dilakukan pada anak-anak yang berbakat dan orang- orang yang berprestasi
ternyata menunjukkan bahwa mereka kebanyakan berasal dari keluarga yang kaya
dengan bacaan, aktivitas-aktivitas yang merangsang pemikiran, juga orang-tua
yang menekankan keingintahuan serta yang menerima keunikan pribadi setiap anak.
Di pihak lain kreativitas orang-tua sering bersangkut-paut dengan pemilihan
jenis permainan anak-anak mereka. Memang memilih permainan yang edukatif
merupakan tantangan yang tersendiri. Banyak orang-tua yang tidak terlatih,
sehingga permainan-permainan edukatif yang mereka pilih justru menghilangkan
bagian penting dari jiwa anak yang menikmati, bercanda dan bermain dengan riang
gembira. Orang-tua seharusnya waspada bahwa tidak setiap alat permainan yang
mahal mempunyai unsur edukatif yang sehat, sesuai dengan keunikan si anak dan
fase pertumbuhan jiwanya. Memang
satu pihak orang-tua melihat makin beragamnya jenis permainan yang ditawarkan
di toko-toko, tetapi dipihak lain mereka sulit memilih jenis mainan yang dapat
membantu perkembangan daya kreatif anak. Jadi, Perlu bagi orang-tua untuk
mengenali keunikan pribadi setiap anak. Banyak anak yang tidak menaruh minat
pada apa yang orang-tua anggap"sangat menarik." Dalam hal ini
orang-tua tidak perlu memaksakan kehendak mereka. Mungkin ada anak-anak yang
lebih lambat dalam hal-hal tertentu. Biarkan secara natural selera mereka
berkembang sendiri, karena sikap memaksa dari pihak orang-tua seringkali
menghambat atau justru memperlambat keinginan si anak untuk belajar dengan
memakai sarana-sarana yang baru.
Orang-tua juga perlu
konsisten dan menciptakan suasana yang kondusif bagi anak untuk belajar. Hal
ini sebaiknya dimulai pada usia sedini mungkin, dan secara khusus pada usia 3-5
tahun di mana keinginan tahu (curiosity) anak sedang berkembang dan potensi
kreativitas mereka siap untuk dikembangkan. Jangan sampai usia-usia kritis ini
terlewatkan begitu saja, karena orang-tua seringkali tidak menyadari betapa
pentingnya kehadiran mereka untuk merangsang kreativitas. Akibatnya, mereka
baru sadar setelah anak masuk ke sekolah formal atau sekolah dasar dan potensi
kreativitas anak yang sudah mulai menurun bahkan mandeg pada tahun-tahun
setelah itu.
1. Tidak dapat
disangkali bahwa setiap orang-tua mengharapkan anak- anak dapat melakukan yang
terbaik dan sukses di kemudian hari. Namun perlu disadari, seringkali keinginan
ini membuat orang-tua melakukan tekanan yang berlebihan terhadap anak. Tekanan untuk
membuat anak hebat, bahkan memaksakan kehendak agar anak-anaknya melebihi anak-
anak lain, seringkali menjadi kebanggaan semu yang ada dalam batin orang-tua.
Sukses orang-tua dianggap identik dengan sukses anak, sehingga banyak orang-tua
yang cenderung selalu mencampuri dan mengambil alih tanggung jawab si anak.
Dengan demikian orang-tua merebut inisiatif anak dengan menentukan apa yang
mereka harus dipelajari, kapan, dan kepada siapa mereka harus belajar. Tanpa
sadar mereka sendirilah yang sebenarnya menjadi sumber penghambat perkembangan
kreativitas anak.
Patut disayangkan bahwa
banyak program untuk anak-anak balita yang berorientasi pada achievement (hasil
yang dapat dicapai) namun bukan pada pengembangan imajinasi anak. Kreativitas
anak biasanya dikembangkan melalui daya imajinasi baik dalam bentuk permainan
ataupun membiarkan pikiran melayang mengikuti apa yang ia bayangkan, seperti
yang dikatakan oleh Gross (1991),”Imagination involves play, letting the mind
wander and seeing what it comes up on its own. Since imagination is crucial to
creativity, it should come as no surprise that creativity is just as playful...
“. Imajinasi
termasuk permainan, membiarkan pikiran melayang dengan bebas membentuk apa saja
yang muncul dalam angan-angan mereka. Imajinasi sangat penting untuk
pengembangan kreativitas, sehingga tidak mengherankan jikalau kreativitas
seharusnya berkembang melalui permainan-permainan yang
menyenangkan..Akhir-akhir ini memang banyak orang-tua seperti anda, yang
gelisah melihat anak-anak mereka kurang kreatif. Hal ini seringkali baru
disadari setelah kesulitan-kesulitan belajar muncul. Penyebabnya bisa
bermacam-macam antara lain,
1. Orang-tua yang terlalu melindungi anak dan
ini biasanya terjadi banyak pada anak pertama, sehingga kesempatan bagi dirinya
untuk belajar justru berkurang. Mungkin anda tanpa sadar, seringkali memaksa
anak menyesuaikan diri dengan imajinasi dan fantasi anda sebagai orang-tua.
Misalnya, saja pada saat mengajar anak untuk menggambar gunung dan sawah selalu
dengan pola dua gunung, petak- petak sawah dan matahari. Pada saat anak
mempunyai imajinasi yang berbeda, keinginan anda untuk menegur dan mengkoreksi
sangat besar. Padahal imajinasi dan fantasi dari dirinya sendirilah yang
mendorong si-anak untuk bertindak kreatif. Pada anak kedua anda sudah lebih
rileks dan fleksible, sehingga kreativitasnya tumbuh dengan lebih baik. Anak
pertama biasanya segan mencoba sesuatu yang asing karena ia merasa kurang mampu
dan keberhasilannya tidak dapat ia pastikan. Mungkin juga dulu ia pernah
beberapa kali mencoba tetapi kurang berhasil dan mendapatkan celaan, sehingga
ia kurang berani beresiko lagi.
2. Setiap anak unik, jangan
dibanding-bandingkan. Apabila anda membandingkan dengan adiknya justru
menghasilkan perasaan inferior sehingga ia merasa diri bodoh. Seringkali bagi
anak-anak semacam ini orang-tua perlu untuk dapat menciptakan suasana yang
kondusif untuk supaya anak berani mencoba sesuatu yang baru. Anda dapat mulai
lebih sering bermain dan berusaha untuk mensejajarkan diri dengannya.
Keikutsertaan anda sebagai orang-tua akan dapat menciptakan semangat yang baru,
dan ada keinginan untuk berpartisipasi. Setelah hal ini menjadi pola dalam
dirinya anda dapat sedikit demi sedikit membiarkan anak mengembangkan
kreativitasnya. Keberhasilan yang anda ungkapkan dalam bentuk pujian, dan
dorongan seringkali menjadi perangsang untuk anak lebih berprestasi lagi. Doa
saya adalah kiranya Tuhan menolong memberikan keberanian dan ketekunan dalam
menerapkan prinsip-prinsip kebenaran.
Baca Selengkapnya ....