Memaknai Pendidikan

Posted by Radja Paguntaka Selasa, 18 September 2012 0 komentar

Memaknai Pendidikan
Oleh : Akhmad Fakharuddin
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia yang mengemban tugas dari Sang Kholiq untuk beribadah.
Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah Subhanaha watta’alla dengan suatu bentuk akal pada diri manusia yang tidak dimiliki mahluk Allah yang lain dalam kehidupannya, bahwa untuk mengolah akal pikirnya diperlukan suatu pola pendidikan melalui suatu proses pembelajaran.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut William F (tanpa tahun) Pendidikan harus dilihat di dalam cakupan pengertian yang luas. Pendidikan juga bukan merupakan suatu proses yang netral sehingga terbebas dari nilai-nilai dan Ideologi.
Kosasih Djahiri (1980 : 3) mengatakan bahwa Pendidikan adalah merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu (terus menerus sepanjang hayat) kearah membina manusia/anak didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized).
Dari pengertian tersebut bahwa pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan.
Selanjutnya diuraikan bahwa dalam upaya membina tadi digunakan asas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat (aspek fisik–non fisik : emosi–intelektual ; kognitif–afektif psikomotor), sedangkan pendekatan humanistik adalah pendekatan dimana anak didik dihargai sebagai insan manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan kelebihan – kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang – hangat – kekeluargaan – terbuka – objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.
Melalui penerapan pendekatan humanistik maka pendidikan ini benar-benar akan merupakan upaya bantuan bagi anak untuk menggali dan mengembangkan potensi diri serta dunia kehidupan dari segala liku dan seginya.
Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :
  1. Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat.
  2. Asas kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya.
  3. Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
  4. Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain, menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
  5. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.
Menurut Tilaar (2000 : 16) ada tiga hal yang perlu di kaji kembali dalam pendidikan. Pertama, pendidikan tidak dapat dibatasi hanya sebagai schooling belaka. Dengan membatasi pendidikan sebagai schooling maka pendidikan terasing dari kehidupan yang nyata dan masyarakat terlempar dari tanggung jawabnya dalam pendidikan. Oleh sebab itu, rumusan mengenai pendidikan dan kurikulumnya yang hanya membedakan antara pendidikan formal dan non formal perlu disempurnakan lagi dengan menempatkan pendidikan informal yang justru akan semakin memegang peranan penting didalam pembentukan tingkah laku manusia dalam kehidupan global yang terbuka. Kedua, pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan intelegensi akademik peserta didik. Pengembangan seluruh spektrum intelegensi manusia baik jasmaniah maupun rohaniyahnya perlu diberikan kesempatan didalam program kurikulum yang luas dan fleksibel, baik didalam pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiga, pendidikan ternyata bukan hanya membuat manusia pintar tetapi yang lebih penting ialah manusia yang berbudaya dan menyadari hakikat tujuan penciptaannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sindhunata (2000 : 14) bahwa tujuan pendidikan bukan hanya manusia yang terpelajar tetapi manusia yang berbudaya (educated and Civized human being).
Dengan demikian proses pendidikan dapat kita rumuskan sebagai proses hominisasi dan humanisasi yang berakar pada nilai-nilai moral dan agama, yang berlangsung baik di dalam lingkungan hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, kini dan masa depan.
Untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat madani yang diridhoi Allah swt. tentunya memerlukan paradigma baru. Paradigma lama tidak memadai lagi bahkan mungkin sudah tidak layak lagi digunakan. Suatu masyarakat yang religius dan demokratis tentunya memerlukan berbagai praksis pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang religius dan demokratis pula. Masyarakat yang tertutup, yang sentralistik, yang mematikan inisiatif berfikir manusia dan jauh dari nilai-nilai moral dan agama Islam bukanlah merupakan pendidikan yang kita inginkan. Pada dasarnya paradigma pendidikan nasional yang baru harus dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global dengan tetap memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan Syariatnya. Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu, demokratis dan religius yang sesuai dengan kehendaknya sebagai wujud nyata fungsi kekhalifahan manusia dimuka bumi.
Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik dan sekurelistik baik didalam manajemen maupun didalam penyusunan kurikulum yang kering dari nilai-nilai moral dan agama harus diubah dan disesuaikan kepada tuntutan pendidikan yang demokratis dan religius. Demikian pula di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah mampu mengembangkan kemampuan untuk berkompetensi didalam kerja sama, mengembangkan sikap inovatif dan ingin selalu meningkatkan kualitas. Demikian pula paradigma pendidikan baru bukanlah mematikan kebhinekaan malahan mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan mayarakat dan bangsa Indonesia.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
ada tiga ciri pokok belajar yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman.disamping itu ada beberapa prinsip yg merupakan ketentuan yg harus dijadikan pegangan didalam pelaksanaan kegiatan belajar, yaitu; motivasiperhatian, aktivitas, balikan, dan perbedaan individual.

Baca Selengkapnya ....

Prinsip Dalam Belajar Konsep

Posted by Radja Paguntaka Selasa, 04 September 2012 0 komentar

Konsep  merupakan bagian penting dari belajar untuk memahami sesuatu. Dengan begitu  kemampuan kita untuk mengelompokkan objek-objek, peristiwa atau ide, atau ide dengan karakteristik umum, akan dipaksa untuk mempelajari dan berurusan dengan tiap-tiap objek, peristiwa, atau gagasan yang sama sekali unik. Beban memori konsep akan memungkinkan kita untuk menyederhanakan dan mengkategorikan. Dengan demikian kita akan lebih mampu membedakan keragaman di sekitar kita.
"Konsep" telah banyak digunakan orang untuk menyimpan sebuah definisi karakteristik respon, respon yang umum (biasanya, nama untuk konsep) yang diberikan kepada sekelompok obyek yang berbeda. Definisi lain dari "konsep" Yaitu rangsangan menekankan karakteristik, yaitu dari karakteristik umum dari semua contoh konsep. Misalkan "persegi" dapat didefinisikan sebagai "sosok geometris yang tertutup yang memiliki empat sama sisi dan empat sudut yang sama. Konsep  dalam cara bekerja adalah kemampuan untuk menyatakan definisi atau untuk mengenali dan mengidentifikasi setiap bentuk yang muncul karena rangsangan dari definisi konsep fungsional yang menunjukkan apa yang harus perhatikan, yaitu kriteria atribut yang membedakan contoh dari non-contoh dari konsep (figur, ditutup, empat sisi yang sama, sama sudut).
Karena umumnya dari kriteria atribut dalam suatu definisi maka dalam prinsip-prinsip desain ada tahapan untuk menentukan konsep. Dan penting untuk menganalisis konsep sebelum merancang pesan untuk mengajarkan konsep. Proses analisis  bisa dimulai dengan definisi formal tetapi harus dilanjutkan setidaknya tiga langkah lebih lanjut.Yaitu :
Ø  1.Inti atribut dari definisi, misalnya, sosok tertutup, empat sisi yang sama, empat sama sudut.
Ø  2.Cek apakah atribut perlu dan cukup untuk mewakili contoh dari non-contoh, misalnya, bujur sangkar dari segitiga, Genjang, dll
Ø  3.Mempertimbangkan apakah atribut lainnya (atau yang lebih kecil dari berlimpah-limpah menetapkan atribut) akan cukup.

 Diduga ada konsep yang menyederhanakan dan lebih sistematis seperti ini.
• Konsep Kata Penghubung yang didefinisikan oleh "dan," dengan atribut ini dan itu satu dan yang lain., atribut-atribut yang semua contoh telah di sesuaikan.dari contoh, "apel" dapat didefinisikan oleh atribut tersebut sebagai: buah-buahan yang dapat dimakan dan dari pohon serupa bunga mawar dan bulat dan biasanya membagikan lagi.
• Konsep terpisah-ditentukan oleh "atau," yaitu, contoh memiliki salah satu atribut (atau diatur) atau atribut lainnya (atau  kumpulan) misalnya, "mogok" dalam bisbol dapat didefinisikan sebagai: adonan ayunan atau wasit panggilan atau memukul adonan di luar garis dasar.
• Konsep-konsep relasional yang ditentukan oleh relasi antara atribut bukan oleh kehadiran mereka.dari Misalnya, "gunung" dapat didefinisikan sebagai ketinggian permukaan bumi yang lebih besar dari pada sebuah bukit dan kurang seragam dari satu dataran tinggi.
Jenis konsep
1.      Konsep Kata Penghubung.
2.      Konsep Objek Nyata.
3.      Konsep Abstrak.
Lebih jauh lagi, prosedur analisis konsep-konsep tersebut memerlukan pemeriksaan lebih detail tentang banyak contoh dan non-contoh untuk menemukan atribut yang cukup dan tepat untuk membedakan mereka. Manfaat dari proses analisis ini adalah untuk menghasilkan daftar contoh yang umum dan non-contoh. Contoh-contoh ini dan non-contoh yang ditampilkan dapat langsung digunakan dalam memutuskan instruksi dan bagaimana cara menyampaikan suatu konsep tersebut. Strategi-strategi dan prinsip-prinsip untuk memilih contoh akan dipertimbangkan terlebih dahulu, diikuti dengan prinsip-prinsip untuk menyajikan contoh.
Pemilihan contoh dan non-contoh
Perlu dicatat bahwa yang bersangkutan dari seluruh bagian ini adalah beberapa faktor persepsi (lihat bab pertama) seperti perhatian selektif, pengelompokan dengan kesamaan, dan perbedaan.
ü  Pilih kedua contoh dan non-contoh untuk instruksi.
ü  Pilih berbagai contoh untuk instruksi
ü  Cobalah untuk memilih sekelompok contoh di mana atribut kriteria paling tidak menunjukkan variasi dan non-atribut kriteria menunjukkan paling variasi.
ü  Cobalah untuk memilih contoh-contoh di mana kriteria atribut  sejelas mungkin.
ü  Pilih jarak dekat (variasi kecil) yaitu non-contoh, yang memiliki banyak atribut yang mirip dengan contoh-contoh.
ü  Contoh untuk menunjukkan jarak praktis dari konsep dan non-contoh yang cukup untuk menyimpulkan adalah yang paling umum dan yang dekat  yaitu, yang paling sering disinggung.
Singkatnya, cara praktis bagi desainer untuk berpikir tentang memilih contoh-contoh dan non-contoh adalah sebagai berikut:
A. Pilih contoh cukup untuk:
(1) Sarankan jangkauan atau keragaman konsep,
(2) Menghilangkan non-criterial atribut.
B. Pilih non-contoh cukup untuk:
(1) Membatasi konsep,
(2) Menekankan pada criterial atribut.
Contoh ini dipilih untuk memenuhi kriteria tersebut dapat disebut "rasional minimum yang ditetapkan" (Markle, 1975).
Prasyarat dan Instruksi
v  Sebelum belajar kata-kata yang relevan, misalnya, nama-nama atribut, contoh, atau konsep, dapat memfasilitasi konsep pelajaran.
v  Menyediakan instruksi yang tepat bagi pelajar yang dapat memfasilitasi konsep pembelajaran, termasuk informasi mengenai rangsangan (atribut, dll), respon yang diinginkan (konsep identifikasi, dll), dan strategi untuk menerapkan.
Presentasi Contoh dan Definisi (Aturan)
Pada dasarnya, apa yang perancang telah tersedia untuk presentasi adalah dua jenis informasi: (1) definisi dan / atau daftar atribut; (2)  non-contoh. Cara yang efektif untuk setiap jenis informasi adalah yang akan betul-betul dipertimbangkan dengan penekanan relatif yang akan diberikan kepada pengurutan dari masing-masing serta dipertimbangkan dalam bagian berikutnya.
Berikut beberapa prinsip dalam penampilan contoh dan definisi.
·         Ada bukti bahwa contoh dalam bentuk verbal konsep memfasilitasi pembelajaran atas mereka dalam bentuk gambar,
·         Penggunaan nama konsep dalam persentuhan dengan masing-masing disajikan contoh konsep memfasilitasi belajar.
·         Menyajikan contoh-contoh yang berturut-turut atau secara bersamaan dalam kelompok kecil. Dan menjaga tampilan contoh sebelumnya di orang putih ditambahkan konsep memfasilitasi akuisisi
·         Menyajikan suatu definisi sebagai daftar atribut kriteria dapat memfasilitasi yang didapat atas konsep typical menyajikannya dalam bentuk kalimat.
·         Kriteria menyajikan atribut (menurut aturan, definition, atau daftar) atau sebaliknya mengarahkan perhatian kepada mereka dalam contoh-contoh konsep meningkat mencapai atas mengharapkan pelajar untuk menemukan mereka.
·         Dalam menggunakan sebuah metode penemuan-jenis harus dimulai dari yang lebih besar namun contoh umumnya akan dibutuhkan dan kriterial atribut pada contoh harus lebih sedikit dalam jumlah dan lebih dominan dan untuk para pembelajar .
·         Contoh-contoh awal harus disajikan yang paling sering didengar atau dialami bagi pelajar dan sebagai konsep representation bagi mereka
·         Presentasi berikutnya harus merupakan campuran contoh dan non-contoh.
Konsolidasi dan Konfirmasi Konsep Pembelajaran
Ø  Mendapatkan tanggapan dari peserta didik selama berturut-turut presentasi sub contoh dan non contoh dan memberikan umpan balik korektif setelah setiap respon.
Ø  Luangkan waktu bagi pelajar untuk belajar contoh-contoh dan non-contoh, untuk menanggapi, untuk berpikir tentang umpan balik s / ia terima.
Ø  Mana dgn kata-kata pelajar yang kriterial atribut jika konsep dan / atau nama konsep, belajar meningkat dibandingkan dengan di mana mereka tidak atau di mana mereka dangan kata-kata non-kriterial atribut.
Ø  Mana peserta didik meletakkan konsep baru terbentuk digunakan, konsep akan lebih baik dipelajari.Ini memperingatkan dari prinsip-prinsip dalam bab sebelumnya berurusan dengan tanggapan pelajar aktif.
Ø  Verifikasi konsep pelajar dengan menyajikan contoh nasional dan non-contoh tidak digunakan selama instruksi dan setelah peserta didik mengidentifikasi mereka.
Ø  Sebagai verifikasi lebih lanjut pelajar konsep, memiliki pelajar mendefinisikan konsep atau menyatakan atribut kriterial.

Singkatnya, presentasi yang dapat dikerjakan dalam metode ekspositoris untuk konsep-konsep akan menjadi berikut.
1. Menjadi lebih sederhana dan lebih jelas
2. Hadir dalam aturan huruf yang lebih mudah                                                                                    3. Sekarang contoh lain dari kompleksitas yang lebih besar dan (lebih relevan atribut).
Solusi masalah dapat difasilitasi oleh instruksi yang mengatur yang mengembangkan relevansi terhadap masalah dan dengan dukungan situasional atau kelompok yang menekankan unsur-unsur penting atau mengungkapkan hubungan penting dalam situasi. Penyediaan dukungan situasional dan pemecahan masalah dapat berbentuk tidak hanya informasi real tetapi juga kesempatan untuk merekam, menguji, dan memanipulasi berbagai alternatif. Perkembangan perilaku kreatif difasilitasi oleh bahan-bahan yang bisa meningkatkan sensifitas ke atribut atau fitur dari lingkungan (benda, peristiwa, hubungan, orang-orang). Dan yang mendorong dan memberikan latihan dengan cara-cara alternatif berhubungan dengan lingkungan di bawah kondisi risiko rendah. Dengan demikian, bahan-bahan untuk perilaku kreatif akan cenderung mengizinkan dan mendorong, menghapus mengatur, mengganti, memodifikasi, membalikkan, penggabungan, dan agar mampu beradaptasi.

Baca Selengkapnya ....

Konsepsi Manajemen Pembelajaran

Posted by Radja Paguntaka Senin, 03 September 2012 0 komentar
BAB I
KONSEPSI MANAJEMEN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Manajemen Pembelajaran.

Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan  yang berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian komponen-komponen program pembelajaran dengan penggunaan ilmu dan seni pembelajaran yang tepat, agar supaya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

B. Kegiatan Manajemen Pembelajaran
Kegiatan manajemen dapat dikaji dari dua segi, yakni (1) dari segi sasaran kegiatan manajemen, dan (2) dari jenis aktivitas-tindakan manajemen.
Dari segi sasaran atau obyek kegiatannya, obyek manajemen pembelajaran meliputi (1) manajemen komponen-komponen program pembelajaran dan (2) manajemen komponen-komponen iklim pembelajaran, Komponen-komponen program pembelajaran mencakup manajemen :(a) tujuan pembelajaran ( kompetensi dan indicator hasil pembelajaran), (b) materi bahan pembelajaran, (c) komponen strategi pembelajaran, (d) media, sumber dan teknologi pembelajaran, (e) penilaian pembelajaran. Sedangkan manajemen komponen iklim pembelajaran meliputi : (a) manajemen kedisiplinan siswa, (b) manajemen iklim sosial kelas, (c) manajemen iklim sosio-emosional kelas, dan (d) manajemen fisikal kelas
Sementara itu, dari segi jenis aktivitas kegiatannya, kegiatan manajemen dapat ditinjau dari segi: (1) prosedur kegiatan manajemen dan (2) macam-macam kegiatan manajemen pembelajaran.  Ditinjau dari prosedur kegiatan manajemen terdapat tiga tahapan kegiatan yang meliputi: (a) tahap perencanaan pembelajaran, (b) tahap pelaksanaan pembelajaran dan (c) tahap penilaian pembelajaran. Sementara ditinjau dari macam-macam kegiatannya, kegiatan manajemen pembelajaran, mencakup aktivitas : (a) identifikasi masalah, (b) diagnosis, (c) perumusan tujuan, (d) pengambilan keputusan, (f) perencanaan, (g) pengorganisasian, (h) kordinasi, (i) pendelegasian,(j) inisiasi, (k) komunikasi, (l) bekerja bersama kelompok, (m) pemecahan masalah, dan (n) aktivitas penilaian,(o)  inovasi ( pembaharuan) , (p) penelitian dan pengembangan.

C. Macam-macam Kegiatan Manajemen Pembelajaran
1. Identifikasi masalah, Diagnosis, dan Problem solving
2. Pengambilan keputusan

BAB II
Variabel-Variabel Pembelajaran

A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah penciptaan sistem  lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.  Penciptaan  sistem lingkungan berarti menyediakan  seperangkat  peristiwa-kondisi lingkungan  yang dapat merangsang anak untuk  melakukan  aktivitas  belajar.
B. Faktor-Faktor Penentu Aktualisasi Pembelajaran
Proses pembelajaran bersifat kompleks mengingat aktualisasinya melibatkan dan ditentukan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor pembentuk aktualisasi pembelajaran tersebut meliputi komponen input, proses, output,dan  umpan  balik.
Komponen input (masukan)  adalah  siswa  yakni peserta  didik yang diharapkan mengalami perubahan  tingkah  laku setelah  mengikuti  proses pembelajaran.  Komponen  proses,  yakni serangkaian  interaksi pembelajaran antara siswa sebagai  masukan dengan  sejumlah komponen pembelajaran dan sejumlah komponen  setting pembelajaran ( manajemen kelas).  Sedangkan  komponen out-put adalah  hasil  belajar sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran yang berupa kualifikasi  tingkah  laku yang diharapkan  dapat  dikuasai  anak setelah  mengikuti  interaksi  pembelajaran. Sementara  komponen umpan-balik  merupakan komponen yang memiliki  fungsi  informatif bagi  efektivitas pencapaian tujuan dan relevansi dari  komponen-komponen yang terkait.

C. Deskripsi Tindak Pembelajaran
a. Dari segi jenis kegiatan guru:
b. Dari segi tujuan belajar yang ingin di capai:
c. Dari segi prinsip realitas dalam pembelajaran
d. Dari segi komponen tingkah laku guru
e. Dari segi kubu-kubu teori belajar, mengajar sebagai:

Valentine (1992: 150--153) menyebutkan beberapa  variabel  beserta  diskriptor performansi  guru  dalam  mengajar.
1.      Membuat Persiapan Mengajar yang Tepat
2. Menyiapkan Strategi untuk Mengatasi Hambatan
3. Menyiapkan Materi Pelajaran
4. Memilih Tujuan dan Proses Pembelajaran Secara Tepat           
5. Memilih  dan  Menerapkan Berbagai  Teknik  Mengajar  Yang  Efektif
6. Memberikan  Kesempatan  Belajar Sesuai  Dengan  Perbedaan Individual Anak
7. Menggunakan Variasi Bahan dan Sumber Yang Efektif
8. Menggunakan Alokasi Waktu Secara Efektif
9. Menunjukkan Kemampuan Memotivasi siswa
10.     Menunjukkan  Kemampuan Komunikasi Dengan  Siswa  Secara  Efektif
11.     Memberikan Evaluasi Umpan Balik bagi Anak

D. Dimensi Pembelajaran Sebagai Sistem
Komponen-komponen pembentuk proses pembelajaran menurut Moedjiono, dkk. (1996:19--20),  meliputi berikut ini:
·         Siswa
·         Guru
·         Tujuan
·         Metode
·         Media, 
·         Evaluasi

E. Dimensi Tujuan dan Hasil Pembelajaran.
a.    Instructional  effects, 
b.   Nurturant  effects, 

F. Dimensi Manajerial dalam Pembelajaran
a.      Instructional  Management
b.      Classroom Management
           
G. Dimensi Proses dalam Pembelajaran
a. Tahapan Proses Pembelajaran
v  Tahap Perencanaan.
v  Tahap Pelaksanaan.
v  Tahap Evaluasi.           
b.   Aspek Pendekatan dalam Pembelajaran
c.       Aspek Strategi dan Taktik
d.      Aspek Metode dan Teknik Pembelajaran
e.   Prosedur Pembelajaran

H. Dimensi Isi-Pesan  Pembelajaran    
a. Substansi  isi pembelajaran.
b. Aspek nilai-nilai formal isi pembelajaran.

I. Dimensi Interaksi-Komunikasi dalam Pembelajaran



BAB III
PEMBELAJARAN EFEKTIF

A. Konsep Keefektifan

Kata efektif  sesungguhnya merupakan serapan dari  kata effective (bahasa Inggris) yang artinya berhasil guna, berdaya guna, mustajab, manjur, ditaati. Kata effective itu sendiri berakar dari kata effect  yang maknanya  pengaruh-akibat. Bertolak dari akar kata effect tersebut, maka effective artinya ada pengaruhnya, memiliki pengaruh, berpengaruh -berakibat, mempunyai akibat, tampak akibatnya.

B. Karakteristik Keefektifan Kelas
  1. Produktivitas
  2. Efisiensi
  3. Kualitas pencapaian hasil, kinerja, layanan oleh individual
  4. Pertumbuhan dan perkembangan kelas
  5. Keadaan absensi oleh siswa, guru dan pengelola yang lain.
  6. Turnover
  7. Kepuasan guru terhadap pekerjaannya
  8. Kepuasan siswa
  9. Motivation
  10. Morale
  11. Kohesif
  12. Fleksibilitas dan adaptibilitas
  13. Perencanaan  tujuan kelas
  14. Perumusan dan kesepakatan tujuan bersama
  15. Penghayatan terhadap tujuan organisasi kelas
  16. Keterampilan manajerial dan kepeminpinan guru
  17. Informasi manajemen dan komunikasi
  18. Kesiapan kelas
  19.  Pemanfaatan lingkungan
  20.  Penilaian oleh entitas eksternal kelas
  21. Stabilitas
  22. Pemberian kesempatan partisipasi
  23. Penekanan untuk Pelatihan dan Pengembangan
  24. Penekanan pada Prestasi



C. Efektivitas Pembelajaran
1. Struktur Pembelajaran
2. Motivasi anak
3. Efektasi guru
4. Pertanyaan kelas
5 Memaksimalkan Waktu belajar
6. Penerapan Pembelajaran Konstruktivis

D. Guru yang Efektif

1.      Manajemen  kelas
2.      Direct  Instruction. 
3.      Waktu  untuk tugas.
4.      Bertanya. 
5.      Pembelajaran pemahaman.
6.      Tingkat kognitif dalam pembelajaran.
7.      Pengelompokan anak.

E. Profil Iklim Pembelajaran Efektif
Variabel-variabel  guru yang berperanan terhadap  efektivitas  iklim  pembelajaran adalah  variabel  karakteristik kepribadian, kemampuan dan keterampilan mengajar, keterampilan mengelola kelas, kematangan emosional, dan lain-lain.

1. Profile disiplin kelas yang efektif
2. Profil Iklim Sosial Kelas yang efektif
3. Profil Iklim Sosio-emosional Kelas Yang Efektif
4. Profil Kondisi Fisikal Kelas Yang Efektif






BAB IV
PERFORMANSI GURU YANG DIHARAPKAN SISWA

A. Ekspektasi siswa terhadap guru
1. Karakteristik Kepribadian Guru yang diharapkan
           Karakteristik Barr tentang guru yang sukses memiliki dua belas atribut yakni berikut ini:
a.       Guru sebagai orang sumber
b.      Intelijen
c.       Kestabilan emosinya
d.      Bijak/ hati-
e.       Buoyancy--Optimis,
f.       Obyektif
g.      Tenaga
h.      Dominansi
i.        Kemenarikan
j.        Kehalusan budi
k.      Kerjasama
l.        Reliabilitas

2. Harapan Siswa Tentang Kemampuan/kompetensi  Guru
v  Membuat Persiapan Mengajar yang Tepat
v  Menyiapkan Strategi untuk Mengatasi Hambatan
v  Menyiapkan Materi Pelajaran
v  Memilih Tujuan dan Proses Pembelajaran Secara Tepat
v  Memilih  dan  Menerapkan Berbagai  Teknik  Mengajar  Yang  Efektif
v  Memberikan  Kesempatan  Belajar Sesuai  Dengan  Perbedaan Individual Anak
v  Menggunakan Variasi Bahan dan Sumber Yang Efektif
v  Menggunakan Alokasi Waktu Secara Efektif
v  Menunjukkan Kemampuan Memotivasi siswa
v  Menunjukkan  Kemampuan Komunikasi Dengan  Siswa  Secara  Efektif

     3. Harapan Siswa Tentang Kemampuan Sosial Guru.
     4. Kematangan Emosional Guru yang diharapkan Siswa.
     5. Harapan Siswa tentang Persepsi dan Sikap Guru

F. Pola Kepemimpinan Guru yang diharapkan.
Kepemimpinan  guru  di  kelas  dapat  di  klasifikasikan menjadi  tiga tipe kepemimpinan, yakni tipe otoriter,  demokratis,  dan leissez faire. Masing-masing tipe kepemimpinan tersebut  memiliki  implikasi  yang  berbeda-beda   terhadap erbentuknya  iklim sosial dan emosional kelas.  Kelas  yang dipimpin  guru secara otoriter, cenderung menimbulkan  iklim sosial dan emosional yang kurang menguntungkan bagi  belajar anak. Anak di kelas merasa ditekan, tidak memiliki kebebasan berekspresi,  dan  tidak berani membuat  keputusan  sendiri.

BAB V
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN

A.  Program Pembelajaran
Program  pembelajaran  adalah seperangkat tindakan untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Manajemen program pembelajaran ditinjau dari sudut  tahapan kegiatannya, terdiri atas (1)  kegiatan perencanaan   program, (2) pelaksanaan program, dan (3) evaluasi program (Jacobsen, Egen dan Kauchak, 1989:9--12). Sedangkan manajemen program pembelajaran ditinjau dari sudut jenis dan macam-macamnya, terdiri atas (1) program tahunan, (2) program semesteran dan (3) program satuan pembelajaran.
Perencanaan Program Pembelajaran
Evaluasi Program Pembelajaran
Aspek  ini  berisi kegiatan guru untuk  melakukan  penilaian terhadap program pembelajaran.  Ada tiga sasaran penilaian, yakni:  (1)  penilaian perencanaan  program, (2) penilaian terhadap pelaksanaan  program pembelajaran,  dan (3) penilaian terhadap program evaluasi  pembelajaran. 

Model Program Pembelajaran
ü  Model Pembelajaran Dasar Glaser
ü  Model Pembelajaran Yerold E. Kemp
ü  Model Satuan Pelajaran

Komponen-komponen Program Pembelajaran

Ø  Komponen Tujuan Pembelajaran
a.       Pemilihan materi
b.      Evaluasi  
c.       Siswa 
d.      Semua  Pihak
e.       Dapat  dilihat  lebih  jelas, apakah  tujuan  itu  menunjang pencapaian tujuan yang lebih besar. .
Tujuan  pembelajaran  memenuhi beberapa fungsi  yang  berguna diantaranya adalah berikut ini.
a.       Untuk merencanakan pelajaran.
b.      Dalam memilih alat bantu pelajaran.
c.       Untuk menetapkan tugas-tugas yang sesuai dengan siswa.
d.      Dalam memilih atau menyusun test.
e.       Untuk menentukan kapan dan dikumpulkan data yang evaluatif.
f.       Untuk menyimpulkan &  melaporkan hasil-hasil evaluasi.
g.      Untuk  dapat  menolong siswa menentukan dimana mereka  harus pergi  sementara mereka berusaha menjadi pelajar yang  mampu belajar sendiri.

Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Domain Kognitif
·         Pengetahuan. 
·         Pemahaman.
·         Aplikasi. 
·         Analisis. 
·         Sintesis. 
·         Evaluasi.
Tujuan Pembelajaran Domain Afektif
·         Penerimaan
·         Memberikan  respon ( Tanggapan)   
·         Penilaian.  
·         Organisasi.   
·         Pemeranan/pelukisan watak.
Tujuan Pembelajaran Domain Psikomotor
·         Persepsi (Perseption).
·         Kesiapan  (Set).
·         Respon terpimpin (Guided responce).
·         Mekanisme (Mechanism).
·         Complex  Overt Responce.
·         Penyesuaian (Adaptation).
·         Originasi  (Origination).

Ø  Komponen Penilaian Awal (Pre-Test)
Sasaran penilaian awal sedikitnya adalah tingkat  penguasaan anak tentang : (1) pengetahuan prasyarat yang dimiliki anak untuk mengikuti  pembelajaran (pre-riquisite), dan (2) tujuan  pembelajaran  yang  menjadi  sasaran pembelajaran. 

Ø  Komponen Materi Pembelajaran
materi pelajaran  menjadi  empat  macam yaitu: fakta, konsep, prosedur, dan prinsip (Suprihadi, 1993:60).
              Ada  dua  jenis klasifikasi sumber belajar, (1)  resource  by design, sumber pembelajaran yang dirancang secara spesifik  untuk pembelajaran, (2) resource by utilization




Ø  Komponen Proses Pembelajaran
Pertimbangan dalam Pemilihan Proses Pembelajaran

 (1)  karakteristik tujuan,
 (2)  karakteristik peserta didik,
 (3)  karakteristik materi pembelajaran,
 (4)  kemampuan guru,  dan
 (5)  ketersediaan fasilitas pembelajaran

Prosedur Pembelajaran.
Herbart  dalam  Moedjiono , dkk.  (1996)  mengemukakan  lima langkah  induksi  dalam  pembelajaran.  Kelima  langkah  tersebut adalah berikut ini.
.Persiapan  meliputi:  (a) mengemukakan  tujuan  pembelajaran secara   jelas kepada siswa; (b) memberi pandangan ke  depan bahwa apa yang dialami siswa akan membantu pemahaman materi.
a.       Penyajian
b.      Komparasi 
c.       Generalisasi
d.      Penerapan

Pola-pola Interaksi Pembelajaran
Pola  interaksi berhubungan dengan cara bagaimana  interaksi siswa dengan sistem lingkungan belajarnya. Sehubungan dengan  hal tersebut, terdapat tiga klasifikasi pola interaksi pembelajaran (Depdikbud-Dikti, 1980:45-46), yakni berikut ini.
a.       Pola  Presentasi
b.      Studi  Independen
c.       Interaksi




Ø  Komponen Media dan Sumber Belajar
Ø  Komponen Penilaian
v  penilaian perencanaan program
v  penilaian proses  pembelajaran
v  penilaian  hasil-hasil  pembelajaran. 

BAB VI
MANAJEMEN STRATEGI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi memiliki dua hal, (1) perencanaan tindakan secara sistematis dan, (2) implementasi perencanaan dalam tindakan di lapangan. ( Al Hakim S. dkk.; 2002:80). Dan ujung dari penggunaan strategi adalah memenangkan pertempuran. 
Strategi  pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen  pembelajaran. Strategi pembelajaran berhubungan  dengan cara-cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pembelajaran.  Cara-cara  itu, mencakup sifat, ruang lingkup  dan  urutan kegiatan  yang  dapat memberikan pengalaman belajar  bagi  siswa. Oleh sebab itu, Hilda Taba menyatakan pula strategi  pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat  memberikan  kemudahan  atau fasilitas  bagi  siswa  menuju tercapainya tujuan pembelajaran (Suprihadi, 1993:94)
Strategi  pembelajaran aktualisasinya terwujud  dalam bentuk  ketetapan mengenai seperangkat  tindakan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. Cakupan ketetapan tindakan tersebut berdimensional,  secara substansial dimensi yang dimaksud antara lain meliputi  :  (1)   setting (latar) pembelajaran, (2) pengelolaan bahan ajar, (3)  pengalokasian  waktu,  (4) pengaturan pola aktivitas  pembelajaran,  (5) metode,  teknik,  dan prosedur pembelajaran, (6)  pengaturan dalam pemanfaatan media  pembelajaran,  (7)  penerapan  prinsip-prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan dan pengaturan iklim pembelajaran.




B. Dimensi-dimensi Strategi Pembelajaran
Dimensi  strategi  pembelajaran yang dimaksud, perwujudannya berkenaan dengan  aspek:  (1)   setting (latar) pembelajaran, (2) pengelolaan bahan ajar, (3)  pengalokasian  waktu,  (4) pola pengaturan bentuk pembelajaran,  (5) metode,  teknik,  dan prosedur pembelajaran, (6)  pemanfatan  dan penggunaan  media  pembelajaran,  (7)  penerapan  prinsip-prinsip pembelajaran, (8) penerapan pendekatan pola aktivitas pembelajaran, (9) pengembangan iklim pembelajaran.

C. Perencanaan Strategi Pembelajaran
Langkah-langkah perencanaan yang meliputi (1) identifikasi persoalan/kebutuhan, (2) merumuskan tujuan dan sasaran, (3) identifikasi pembatas-pembatas—kekuatan dan kelemahan, (4) proyeksi dan antisipasi kedepan, (5) penelusuran alternatif kegiatan dan , (6) penyusunan rencana tindakan yang dipilih. ( Al Hakim S. dkk; 2002:80).
Menyusun rencana strategi pembelajaran, ada tiga  hal yang  perlu  dicermati guru: (1) pada  variabel-variabel  penentu strategi, dan (2) substansi strategi, (3) jenis-jenis dan bentuk strategi yang akan digunakan.
Variabel-variabel penentu dalam perencanaan strategi  menurut meliputi:  (1) variabel tujuan pembelajaran, (2) variabel  materi pembelajaran,  (3)  variabel kemampuan diri  guru,  (4)  variabel kemampuan  siswa, (5) variabel sarana dan prasarana  pembelajaran yang tersedia.
Lawrence  T. Alexander dan Robert H. Davis   dalam  Suprihadi (1993: 106) menyebutkan ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan  dalam memilih strategi pembelajaran. Faktor tersebut  adalah (1) tujuan pembelajaran khusus, (2) keadaan siswa  (karakteristik siswa),  (3) sumber dan fasilitas untuk melaksanakan  dari  suatu strategi tertentu, dan (4) karakteristik teknik penyajian tertentu. Keempat  faktor tersebut diatas oleh Lawrence  T.  Alexander dan Robert H. Davis selanjutnya dijelaskan secara rinci  sebagaimana uraian di bawah ini.




BAB  VII
PROSEDUR DAN POLA PENGATURAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian
Pola  kegiatan pembelajaran  berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum perbuatan  pembelajaran

B. Struktur Pembelajaran
Struktur pembelajaran efektif pada dasarnya mencakup komponen : (1)  pendahuluan pembelajaran, (2) penjelasan dan klarifikasi isi pembelajaran secara jelas, (3) monitoring terhadap pemahaman anak, (4) pemberian waktu untuk praktek/berlatih, (5) fase penyimpulan dan penutupan pembelajaran, (6) pendalaman secara terstruktur maupun mandiri dan review.

Berdasar alur proses pemahaman individu terhadap obyek tersebut, maka proses pembelajaran dapat distrukturkan dengan pola GASE tersebut. Untuk itu, maka langkah-langkah pembelajaran dapat distrukturkan kedalam tujuh fase pembelajaran yang meliputi (1) fase motivasi, (2) fase eksplorasi, (3) fase intensifikasi, (4) fase elaborasi, (5) fase signifikasi, dan (6) fase evaluasi, (7)  Follow up
    
Herbart  dalam  Moedjiono , dkk.  (1996)  mengemukakan  lima langkah  induksi  dalam  pembelajaran.  Kelima  langkah  tersebut adalah berikut ini.

  1. Persiapan  meliputi:  (a) mengemukakan  tujuan  pembelajaran secara jelas kepada siswa; (b) memberi pandangan ke  depan bahwa apa yang dialami siswa akan membantu pemahaman materi.
  2. Penyajian.  Pada tahap ini data-data yang  berhubungan  erat dengan  masalah-masalah  yang harus  dipecahkan  dikemukakan pada siswa.
  3. Komparasi  -  Abstraksi. Data-data itu  diperbandingkan  dan dianalisa secara seksama untuk menunjukkan keterkaitan  yang dapat dipergunakan selanjutnya untuk menemukan implikasinya.
  4. Generalisasi. Pada tahap ini unsur-unsur kesamaan dan perbedaan  dikemukakan  bersama  sebagai  bukti  untuk  menemukan implikasinya secara pasti.
  5. Penerapan. Kesimpulan yang diperoleh diterapkan dalam berbagai  situasi untuk memperjelas signifikasi  kesimpulan  yang diperoleh terdahulu. 
C. Pola Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pola Presentasi
Pola Studi Independen
Pola Interaksi

D. Variasi Pola pengaturan Pembelajaran
1. Pola Pengaturan Guru dalam Pembelajaran
Pola  Pembelajaran  dengan  Seorang  Guru.
Pembelajaran Melalui Team

2. Pola Pengaturan Siswa  dalam Proses Belajar.
Pola Pembelajaran klasikal
Pola Pembelajaran Kelompok Kecil (5--7 anak)
Pola Pembelajaran Individual atau Perorangan

3. Pola Pengaturan Hubungan Guru – Siswa
Pola Kegiatan Pembelajaran Tatap muka
Pola Kegiatan Pembelajaran dengan Perantaraan Media

4. Struktur Peristiwa Pembelajaran   
Pola Struktur terbuka
Pola Struktur Tertutup

5. Pola Peranan Guru dalam Pengelolaan Pesan
Pola ekspositori
Pola Heuristik atau Hipotetis

6. Pola Pengorganisasian Pesan
a. Pola Induktif
b. Pola Deduktif

BAB VIII

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengantar
Model  pembelajaran dilihat dari sudut siswa  merupakan model  belajar.  Model pembelajaran didisain  secara  khusus untuk  kepentingan  macam-macam belajar dan  membantu  siswa dalam  belajar  yang  lebih efektif.  Dengan  model  belajar tersebut,  siswa dibantu dalam proses pemerolehan  informasi dan  gagasan,  pemerolehan  keterampilan,  nilai,  cara-cara berfikir,  alat untuk berekspresi diri.  Model  pembelajaran juga  membelajarkan siswa tentang bagaimana  belajar  (BruceJoyce  dan  Marsha Weil, 1992: 1).

B. Jenis-jenis Model Pembelajaran
1. Famili Model Pembelajaran Interaksi Sosial (Social Family)
 (1) model investigasi kelompok,
 (2)  role  playing,
 (3) jurisprudential inquiry.
2. Famili Model-model Pemrosesan Informasi
v  model  berpikir  induktif
v  model latihan inquiry
v  model  penguasaan  konsep
v  model perkembangan kognitif 
v  model advance organizer
3. Famili Model-model Personal
1. Model Pengajaran Nondirective
2. Model Pertemuan Kelas

C. Model-model Mengajar Behavioral
1. Model Contingency Management
2. Model Assertiveness Training
































Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Radja Paguntaka.